HamimDjazuli (Gus Miek), Kisah Wali August 24, 2014. Setelah menunjukkan kemampuannya kepada kedua orang tuanya, beberapa bulan kemudian Gus Miek melanjudkan studinya di Lirboyo. Di tengah-tengah pendidikannya di Lirboyo, Gus Miek justru pergi ke Watucongol Magelang, ke pondok pesantren yang diasuh KH. Dalhar yang terkenal sebagai seorang wali
- Gus Miek atau Hamim Tohari Djazuli adalah seorang pendiri amalan dzikir Jamaah Mujahadah Lailiyah, Dzikrul Ghofilin, dan Sema'an Jantiko Mantab. Terlahir sebagai putra pendiri pesantren, ia justru menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar tembok pesantren untuk mengamalkan ilmunya dan berdakwah. Gus Miek juga diyakini sebagai wali atau kekasih Allah karena memiliki banyak karomah atau kelebihan yang sulit dijangkau juga Datuk ri Bandang, Tokoh Penyebar Islam di Indonesia Timur Masa kecil dan pendidikan Gus Miek lahir di Kediri pada 17 Agustus 1940 dari pasangan KH. Ahmad Djazuli Usman, yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah di Ploso, Kediri, dan Nyai Rodliyah. Sejak kecil, ia memiliki suara yang merdu dan fasih saat membaca Alquran. Di sisi lain, ia dikenal sebagai anak yang pendiam dan suka menyendiri. Pada awalnya, Gus Miek mendapat pendidikan di Sekolah Rakyat SR, tetapi tidak lulus karena sering membolos. Setelah itu, ia memperdalam ilmu agama, khususnya membaca Alquran, dengan dibimbing langsung oleh ibunya. Sedangkan pendidikan pembahasan kitab, Gus Miek beserta para saudaranya diajar langsung oleh ayahnya, KH. Ahmad Djazuli Usman. Selanjutnya pada umur 13 tahun, Gus Miek melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Akan tetapi, awal pendidikannya di Lirboyo hanya bertahan 16 hari saja. Kepulangannya yang mendadak itu sempat membuat resah orang tuanya. Namun, Gus Miek mampu membuktikan dirinya menguasai beberapa kitab, seperti Shahih Bukhari kitab hadis, Shahih Muslim kitab hadis, dan Tafsir Jalalain kitab tafsir Alquran. Baca juga Kartosoewirjo, Pendiri Negara Islam Indonesia 1949 Beberapa bulan kemudian, Gus Miek kembali belajar ke Lirboyo. Ia diketahui cukup rajin, tetapi memiliki kebiasaan buruk, yakni selalu tidur saat santri lainnya sedang mengaji. Meski demikian, ketika gurunya mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan, Gus Miek selalu mampu menjawabnya dengan baik. Selama di Pesantren Lirboyo, Gus Miek berteman dekat dengan beberapa santri, salah satunya adalah Abdulah dari Magelang. Abdulah inilah yang kemudian membawanya melanjutkan belajar di pondok pesantren yang diasuh oleh Dalhar di Watucongol, Magelang, Jawa Tengah. Amalan dzikir Gus Miek Gus Miek menyusun kembali wirid-wirid yang diajarkan oleh para gurunya, seperti KH. Djazuli Usman, KH. Machrus Ali, dan KH. Dalhar Watucongol. Mulanya, Gus Miek mendirikan Jama'ah Mujahadah Lailiyah pada 1962, yang mampu menarik jamaah cukup luas. Baca juga Sejarah Nahdlatul Wathan Melalui komunitas ini, Gus Miek menampakkan bahwa ia mengembangkan tradisi wirid di luar kelompok tarekat NU Nahdlatul Ulama yang sudah mapan. Jamaahnya kemudian berkembang dan menjadi Dzikrul Ghofilin. Selanjutnya, antara 1971 hingga 1973, susunan wirid-wiridnya dicetak setelah jangkauan dakwahnya sampai ke Jember. Pada akhirnya, naskah wirid Gus Miek berhasil dicetak oleh sahabat sekaligus penentangnya, yaitu KH. Achmad Shidiq. Selang beberapa waktu, sema'an ini berkembang dan menjadi Jantiko pada 1987 di Jember, yang lebih cepat kemudian berubah nama menjadi Jantiko Manteb pada 1989. Baca juga Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah Dakwah Gus Miek Dakwah yang dilakukan Gus Miek terbilang unik. Pasalnya, ia sering masuk ke tempat yang tidak biasa untuk dilakukan dakwah Islam. Adapun tempat yang didatangi adalah diskotek dan tempat perjudian, yang kemudian mendapat tentangan dari gurunya di Liboyo, KH. Machrus Ali. Terjadi cerita luar biasa ketika Gus Miek pergi ke diskotek, di mana ia bertemu dengan orang yang sedang menenggak minuman keras. Gus Miek kemudian menghampirinya lalu memasukkan minuman itu ke mulutnya. Namun, ia mengatakan tidak menelan minuman keras tersebut, tetapi membuangnya ke laut. Orang tersebut tidak percaya lalu melihat mulut Gus Miek, dan seketika kaget melihat adanya gelombang laut yang besar. Saat itu juga, orang yang mabuk di diskotek tersebut bertobat dan meninggalkan kebiasaan buruknya. Baca juga Sejarah Masuknya Islam di Jawa Timur Karomah Gus Miek Jauh sebelum kejadian di diskotek, orang tua Gus Miek menyadari akan adanya karomah atau kelebihan kewalian dalam diri putranya. Hal itu disadari ketika Gus Miek ikut mengasuh pondok pesantren dengan mengajarkan berbagai kitab kepada para santri. Adapun kitab-kitab yang diajarkan adalah sebagai berikut. Kitab Tahrir kitab fiqh tingkat dasar Fatkhul Mu'in kitab fiqh tingkat menengah Jam'ul Jawami' kitab ushul fiqh Fatkhul Qarib kitab fiqh tingkat menengah Shahih Bukhari kitab hadis Shahih Muslim kitab hadis Tafsir Jalalain kitab tafsir Alquan Iqna kitab fiqh penjabaran dari kitab Fatkhul Qarib Shaban kitab tata bahasa Arab Ihya' Ulumuddin kitab tasawuf Selain itu, pada suatu hari ketika sedang ikut memancing, kail Gus Miek dimakan ikan yang besar hingga membuatnya ikut tercebur ke sungai dan tenggelam. Pengasuhnya pun panik dan mencoba mencarinya. Akan tetapi, pencarian itu tidak membuahkan hasil hingga membuat pengasuhnya melarikan diri dari pondok. Baca juga Kyai Tapa, Adik Sultan Banten yang Memberontak terhadap VOC Selang beberapa lama, pengasuh tersebut mendengar bahwa Gus Miek selamat dan kembali ke pondok. Dalam ceritanya, Gus Miek mengatakan bahwa ikan yang tersangkut tersebut adalah peliharaan gurunya, yang kemudian membawanya menghadap ke Nabi Khidir. Oleh karena itu, Gus Miek justru memarahi Afifufin, temannya saat mancing ikan, yang pernah menyelamatkannya saat tercebur ke sungai. Wafat Pada pertengahan tahun 1992, Gus Miek jarang terlihat dan hanya orang-orang terdekatnya saja yang mengetahui keberadaannya. Selama itu, ternyata Gus Miek di rawat di RS Budi Mulya Surabaya dengan menggunakan identitas palsu untuk menjaga kerahasiaannya. Pada akhirnya, Gus Miek meninggal pada 5 Juni 1993 di Rumah Sakit Budi Mulya Surabaya, atau sekarang dikenal menjadi Siloam. Referensi Ibad, Muhamad Nurul. 2007. Perjalanan dan ajaran Gus Miek. Bantul Pustaka Pesantren. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
\n\n \n \n \ngus robert putra gus miek
GusRobert merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Gus Thuba juga diketahui melanjutkan perjuangan Gus Miek dalam dakwah Islam dengan menggunakan istilah Moloekatan Dzikrul Ghofilin Gus Miek. Jika dirunut lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman.
Nama Gus Thuba kini ramai diperbincangkan di dunia maya lantaran beredar viral video Gus Thuba dinilai kurang memiliki adab ketika bertemu dengan Habib Abdul Qodir bin Abdul Hadi Al Haddar Banyuwangi. Video tersebut menunjukkan Gus Thuba sedang berjalan dikawal oleh rombongan. Lalu, Gus Thuba tampak menyodorkan tangan beliau kepada seorang ulama sepuh yang ternyata Habib Abdul Qodir Banyuwangi. Bukan hanya soal dicium tangannya saja. Gus Thuba terlihat berbincang sambil merokok dan sesekali memalingkan wajahnya dari Habis Hadi Al Abdul Qodir yang usianya lebih sepuh. Sontak saja, yang terjadi dalam video tersebut membuat Gus Thuba mendapatkan penilaian miring dari warganet. Bukan tanpa alasan hal itu dilakukan oleh Habib Abdul Qodir, karena Gus Thuba merupakan salah satu cucu dari kiai dan ulama besar yakni almagfurlah Hamim Tohari Djazuli atau Gus Miek. Habib Abdul Qodir sangat mencintai Gus Miek begitu juga putra-putra dan cucu-cucunya. Baca Juga Profil dan Biografi Gus Baha Rembang Terlepas dari kontroversi yang hangat diperbincangkan alangkah lebih baik jika mengetahui lebih mendalam sosok sebenarnya Gus Thuba melalui biografi beliau. Keluarga Gus Thuba Gus Thuba memiliki nama lengkap yang unik, yakni Thuba Topo Broto. Gus Thuba merupakan putra dari Kyai Tijani Robert Saifunnawas. Kyai Tijani atau yang akrab disapa Gus Robert adalah putra ke-3 Gus Miek dari enam besaudara. Gus Robert menikah dengan Ning Nida Dusturiah putri Kiai Ahmad Shiddiq Seorang Pendiri NU, Jember. Gus Miek memiliki nama lengkap Hamim Tohari Djazuli. Beliau merupakan putra dari KH. Ahmad Djazuli Usman, pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren al-Falah Ploso, Kediri. Semasa hidupnya, Gus Miek dikenal sebagai seorang kyai nyentrik yang dimiliki oleh NU. Sebagai putra kyai, ia menghabiskan hidupnya di luar pondok pesantren untuk berdakwah. Gus Miek kemudian mendirikan jamaah dzikir yang begitu terkenal hingga hari ini. Jamaah dzikir itu bernama Dzikrul Ghofilin. Jadi, jelas bahwa Gus Thuba bukan orang sembarangan. Beliau merupakan salah satu dari empat cucu Gus Miek, seorang ulama yang diyakini kebanyakan orang sebagai wali Allah atau kekasih Allah. Nasab Gus Thuba Gus Thuba memang tidak terlahir dari keluarga sembarangan. Bahkan, nasab beliau sampai kepada Rasulullah SAW. Berikut ini adalah urutan nasab Gus Thuba selengkapnya. Nasab tersebut berlanjut turun ke Hamim Tohari Djazuli Gus Miek, turun ke Tijani Robert Saifunnawas Gus Robert, hingga ke Gus Thuba Topo Broto Gus Thuba Dakwah Gus Thuba Gus Thuba melanjutkan perjuangan Gus Miek dalam dakwah Islam dengan memimpin Majelis Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jam’iyah Lailiyah atau Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962. Gus Thuba adalah da’i di medan yang berbeda dengan medan da’i normal. Sama seperti Gus Miek yang dulu berdakwah di area pelacuran dan berandalan. Maka, wajar jika pakaian Gus Miek tidak berjubah dan bersorban, tapi bercelana Levis, kacamata, sepatu dan jaket ala mafia. Demikian profil dan biografi dari Gus Thuba cicit dari pendiri Pondok Pesantren Ploso sekaligus cucu dari seorang pendiri NU. Semoga artikel biografi ini dapat bermanfaat.
GusRobert merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Bila ditarik lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kiai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri. Gus Thuba duduk bersila. Di sampingnya sejumlah orang duduk bersimpuh dengan takzim. Beberapa orang mengambil tempat di belakangnya. Rambut ikal Gus Thuba yang gondrong tertutup peci hitam. Peci berukuran tinggi itu sepertinya menjadi ciri khasnya. Posisinya ambles di bagian depan. Malam itu Gus Thuba mengenakan kemeja lengan panjang warna merah dengan kancing terbuka. Terlihat kaos oblong hitam polos melekat di dalamnya. Ia juga membiarkan cambangnya tidak tercukur. Agus Thuba Topo Broto Maneges sedang mengimami syiiran Molekatan Dzikrul Ghofilin Gus Miek. Sambil melafal syiiran, kepalanya terus menunduk. Suaranya tebal. Pada nada-nada tinggi, terdengar serak. Banyak yang menyamakan suara Gus Thuba dengan almarhum KH Hamim Jazuli atau Gus Miek, kakeknya. “Suarane wibawane gus miek muda Suaranya, wibawanya Gus Miek muda ,” tulis salah satu akun di channel youtube yt. “Apa itu dzikrul ghofilin?,” tanya Gus Thuba tiba-tiba di depan para jamaah. Dzikrul ghofilin merupakan aktifitas dzikir atau wirid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nama dzikrul ghofilin mengutip dari Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 172 dan 205. Di awal-awal, Gus Miek selaku mursyid tunggal dzikrul ghofilin melakukan wirid dengan membaca Al-Fatihah sebanyak 100 kali setiap hari setelah salat. Kemudian dalam perjalanannya bacaan Al-Fatihah tersebut dipadukan dengan bacaan lain, seperti Asmaul Husna, Ayat Kursi, Istighfar, Shalawat dan Tahlil. “Proses berjalannya naskah dzikrul ghofilin hingga mencapai proses cetak membutuhkan waktu sangat panjang, yakni dari 1971 sampai 1973,” tulis Muhamad Nurul Ibad dalam buku “Perjalanan dan Ajaran Gus Miek”. Sejumlah sumber menyebut, dzikrul ghofilin dirumuskan tiga orang kiai. Yakni Kiai Abdul Hamid bin Abdullah Pasuruan, Kiai Achmad Siddiq Jember, dan Kiai Hamim Jazuli Gus Miek Kediri. Inti dari ajaran wirid dzikrul ghofilin adalah mengajak manusia untuk selalu ingat kepada Allah SWT. Sebab lupa sudah menjadi sifat relatif manusia. Gus Thuba mengatakan, masih banyak orang yang belum memahami makna dzikrul ghofilin. Intinya dzikrul ghofilin adalah upaya mencari pegangan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab selama ini, kata dia dirinya dan semua yang hadir di majelis taklim, masih jauh dari Allah SWT. “Ngemuti kulo dan panjenengan tiyang ingkang taksih tebih kaleh Alloh Teringat kalau saya dan anda semua adalah manusia yang masih jauh dengan Allah SWT,” kata Gus Thuba “Kersane gadah kapital. Supados mbenjing mati saget khusnul khotimah. Supaya punya modal. Supaya kalau meninggal dunia nanti bisa khusnul khotimah,” tambahnya. Gus Thuba juga mengatakan kalau pengamal wirid dzikrul ghofilin harus memiliki keyakinan dan kemantapan hati. Sebagai makhluk harus senantiasa merasa jauh dari Allah SWT dan karena itu terus berusaha mendekatkan hati. Sebagai makhluk harus menyingkirkan jiwa keakuan dan terus merasa banyak dosa dan salah. Untuk itu terus berusaha mendekat kepada Allah SWT sekaligus meminta ampunannya. Karenanya para pengamal dzikrul ghofilin bukan sekedar berburu ganjaran pahala. “Nyedekke ati dateng pengeran. Kulo kaliyan panjenengan punika tiyang ingkang taksih tebih saking pengeran. Solih mawon taksih tebih. Mendekatkan hati kepada Allah SWT. Saya dan kalian semua adalah manusia yang masih jauh dengan Allah SWT. Bahkan soleh saja masih jauh,” ungkapnya. Di media sosial, nama Gus Thuba lagi moncer. Tidak hanya suara. Banyak akun yang menanggapi cara dakwah Gus Thuba yang menyerupai gaya dakwah Gus Miek, kakeknya. “Pembawaan syiirnya muirip si Mbah yai Miek,” tulis akun lain. “Subhalllah semoga terus bisa istiqomah” dan “Mugi barokah dzikrul ghofilin”. Tidak berhenti di situ. Para muhibbin yang bertebaran di media sosial juga banyak mengunggah foto Gus Thuba yang diikuti poster berisi tausiyah. Diantaranya , “Di saat istri marah saja kita sudah bingung kenapa di saat Tuhan marah kita biasa-biasa saja?”. Di bawah kalimat yang bersifat quote itu tertulis dawuh Gus Thuba. Kemudian ada lagi Akeh menungso kokehan ilmu kurang amal, menang ilmu kalah ibadah banyak manusia kelebihan ilmu tapi kurang beramal, menang ilmu tapi ibadah kalah. “Mengharap surga tanpa tindakan adalah dosa”. Pengungah kata-kata Gus Thuba itu adalah akun instagram moloekatan_gusmiek. Seolah tak mau kalah. Akun moloekatan_banyuwangi mengunggah petuah Gus Thuba lainya, yakni, “ Keseimbangan antara roja’ berharap rohmat kepada Allah, dan khouf takut kepada alloh , harus seimbang, karena jika berat sebelah salah satunya akan berakibat fatal”. Gus Thuba dalam tausiyahnya juga mempertegas seperti apa sikap manusia di hadapan sang khalik. “Merasa hina adalah hal paling mulia di hadapanNya,” kata Gus Thuba. “Ingat akan salah dan dosa aja tidak, apalagi ingat tuhan?,” tambahnya. Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek Moloekatan merupakan terminologi kuno yang kerap dipakai Gus Miek untuk menyebut ibadah tirakat, ibadah yang murni atau suluk, yakni ibadah khusus yang mengikat dan mengangkat masalah dunia dan akhirat. Gus Thuba melanjutkan perjuangan Gus Miek dalam dakwah Islam dengan memakai istilah Moloekatan Dzikrul Ghofilin Gus Miek. Gus Thuba merupakan salah satu dari empat cucu Gus Miek. Gus Thuba adalah putra dari Kiai Tijani Robert Saifunnawas atau akrab dipanggil Gus Robert. Gus Robert merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Bila ditarik lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kiai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri. Pernikahan Kiai Djazuli Usman dengan Nyai Rodliyah melahirkan lima orang anak, di mana Gus Miek berada pada urutan ketiga. Dari pihak ibunya, Gus Thuba merupakan cucu Kiai Ahmad Siddiq Jember. Saat ini didampingi Gus Robert, ayahnya, Gus Thuba memimpin barisan jam’iyah Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jam’iyah Lailiyah atau Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962. “Gus Miek pernah menyatakan, salah satu alasan dia mendirikan Jam’iyah Lailiyah adalah karena selama ini dia menangis melihat berbagai perpecahan yang terjadi di antara pengikut tarekat,” tulis Muhamad Nurul Ibad dalam buku “Perjalanan dan Ajaran Gus Miek”. Dari Jam’iyah Lailiyah kemudian dalam perjalanannya lahir dzikrul ghofilin. Gus Miek menciptakan ramuan amalan yang mampu mewadahi dan bisa dilaksanakan oleh berbagai pengikut tarekat dan berbagai umat, baik yang sudah ikut tarekat atau belum. Amalan Gus Miek juga diperuntukkan bagi orang yang masih awam, orang alim dan pelaku maksiat. Dalam tulisannya yang berjudul “Dzikrul Ghofilin untuk orang-orang yang ingin dikumpulkan dengan para wali dan shalihin”, Gus Miek mengatakan amalannya sangat sederhana dalam praktik dan pengamalannya. Amalannya juga sangat sederhana dalam menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para pengamalnya. “Yakni berkumpul dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun di akhirat”. Gus Miek juga pernah menyatakan, kelak Jantiko dan Dzikrul Ghofilin bisa menjadi tempat duduk-duduk santai dan hiburan bagi anak dan cucu kita. Dzikrul Ghofilin kini berganti nama Moloekatan Gus Miek atau Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Dari berbagai sumber yang dihimpun, pengubahan nama tersebut bertujuan untuk memperjelas kemurnian dan pakem amaliyah Gus Miek. Di Jam’iyah ini, Gus Robert bertindak penanggung jawab dan Gus Thuba sebagai wakil penanggung jawab. Gus Thuba dalam tausiyahnya mengingatkan pada ajaran-ajaran Gus Miek. Gus Thuba menyatakan, “ono ngaji ilmu, ono ngaji laku ada mengaji ilmu dan mengaji atau perbuatan. Baca jugaUngkapan Anies Baswedan untuk Kondang Sutrisno Selamat Jalan PejuangLahir Rabu Kliwon, Anies Baswedan Masuk Circle Weton PresidenKisah Unik Wan Sehan di Rumah Anies BaswedanMakna Lakon Wayang Kulit Bima Suci Buat Anies BaswedanPeran Alim Ulama dalam Merekatkan Kembali Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Artikel Terkait
LaNyalla merasakan karomah dari sosok kiai besar tersebut. Di hati La Nyalla, Gus Miek punya ikatan batin yang sangat kuat. Bahkan sejak tahun 80 hingga 90-an La Nyalla Mattaliti sempat bertemu dengan Gus Miek, panggilan akrab KH Chamim Djazuli. "Saya bersyukur bisa hadir di Haul Akbar ke-25 Al Magfurlah Gus Miek atas undangan Gus Robert. Dan alhamdulillah saya juga bertemu langsung dengan
– Video Gus Thuba yang bertemu dengan Habib Abdul Qadir Bin Abdul Hadi Al-Hadir Banyuwangi viral di media sosial. Pasalnya dalam video tersebut, warganet menganggap tingkah dan gaya Gus Thuba dinilai tidak beradab, terlebih bertemu dengan Habib yang lebih tua dan juga alim. Di video terlihat Gus Tubha sedang berjalan dan dikawal oleh beberapa orang untuk bertemu dengan Habib Abdul Qadir dalam sebuah acara. Saat bertemu, Habib Abdul Qadir kemudian mencium tangan Gus Tubha sebagai bentuk rasa hormat kepadanya. Namun anehnya respon yang diberikan oleh Gus Tubha tidak mencerminkan seorang ulama yang biasanya akan mencium tangan atau merendah jika bertemu dengan orang yang lebih tua atau berilmu. Gus Thuba sesekali malah menghisap rokok dan juga memalingkan pandangannya ketika berbicara dengan Habib Abdul Qadir. Baca Juga Mengenal Gus Miek, Kakek Gus Thuba yang Memiliki Karomah Wali Akibat aksinya tersebut, banyak warganet yang menyayangkan atas perilaku yang dilakukan oleh Gus Thuba terhadap seorang Habib. Lantas, sebenarnya siapa Gus Thuba itu? Dilansir dari Gus Thuba adalah putra dari Kiai Tijani Robert Saifunnawas atau akrab dipanggil Gus Robert. Gus Robert merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Bila ditarik lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kiai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri. Pernikahan Kiai Djazuli Usman dengan Nyai Rodliyah melahirkan lima orang anak, di mana Gus Miek berada pada urutan ketiga. Dari pihak ibunya, Gus Thuba merupakan cucu Kiai Ahmad Siddiq Jember. Saat ini didampingi Gus Robert, ayahnya, Gus Thuba memimpin barisan jam’iyah Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jam’iyah Lailiyah atau Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962. Baca Juga Ini Kronologi Perempuan Poliandri di Cianjur Berujung Pengusiran, Gus Miftah Poliandri Tidak Dibenarkan Moloekatan merupakan terminologi kuno yang kerap dipakai Gus Miek untuk menyebut ibadah tirakat, ibadah yang murni atau suluk, yakni ibadah khusus yang mengikat dan mengangkat masalah dunia dan akhirat.
Monggolurr, setelah malam tirakatan 17agustusdi lanjut dzikrul ghofilin sareng dzuriyah gus miek (gus thuba robert miek) Di masjid nurul hidayah mejasem bakung Kecamatan Kanor KABAR BAURENO | Monggo lurr, setelah malam tirakatan 17agustusdi lanjut dzikrul ghofilin sareng dzuriyah gus miek (gus thuba robert miek)
Redaksi 23 Mei 2022 5605 Kali Dilihat Profil Gus Thuba per hari ini masih membuat banyak orang penasaran. Karena Gus Thuba ini terlihat sangat disegani oleh orang-orang sepuh. Bahkan terakhir, nampak seorang Habib yang usianya lebih tua nampak mencium tangan Gus Thuba. Habib itu adalah Habib Abdul Qadir Bin Abdul Hadi Al-Haddar. Hal itu nampak pada sebuah video yang viral tersebar di sosial media. Lantas, Gus Thuba pun dihujat karena disebut tidak memiliki kesopanan saat bertemu dengan orang yang lebih tua. Namun, siapa sangka ternyata Gus Thuba ini bukan orang sembarangan. Sampai Habib Haddar pun langsung merebut tangan Gus Thuba dan menciumnya. Gus Thuba merupakan putra dari Kyai Tijani Robert Saifunnawas atau biasa dipanggil Gus Robert. Gus Robert ini merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara. Bila dilihat sanadnya, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kyai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri. Pernikahan Kiai Djazuli Usman dengan Nyai Rodliyah melahirkan lima orang anak dan Gus Miek berada pada urutan ketiga. Dan Gus Thuba merupakan cucu Kiai Ahmad Siddiq Jember atau bisa juga disebut cucu Gus Miek. Yang memang Gus Miek disebut oleh banyak orang adalah seorang waliyullah. mrd/Lingkarkediri
GusRobert merupakan putra ketiga Gus Miek dari 6 bersaudara. Bia ditarik lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kiai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri.
Oleh Ali Adhim* Siapa yang tak kenal Gus Kautsar, beliau adalah ulama muda yang alim dan tawadhu, Gus yang memiliki kedalaman keilmuan dan sangat kharismatik ini berasal dari PP. Al Falah Ploso, Mojo, Kediri.Beliau merupakan putra dari ulama yang sangat terkenal kealiman dan ketawadhu'annya yaitu K. H. Nurul Huda Djazuli, salah satu pengasuh dan sesepuh PP. Al Falah Ploso, Mojo, Kediri.
PutraGus Miek ( Mbah Gus Tijani Robert Saifunnawas ) . . "Gandrung" adalah kata untuk mengungkapkan cinta yang mendalam Menyebarkan cinta pada orang-orang alim . مَنْ أَحَبَّ قَوْمًا SebuahKenangan Gus Dur Tentang Gus Miek. Gus Miek, panggilan akrab tokoh semaan Al Quran, Kyai Haji Hamim Jazuli, Sabtu 5 Juni 1993 meninggal di RS Budi Mulya, Surabaya dalam usia 53 tahun, karena mengidap kanker paru-paru dan ginjal akut. Jenazahnya dimakamkan tanggal 6 Juni di Pemakaman Aulia Tambak, Kecamatan Mojo, Kediri, bersebelahan .
  • weku97tqxq.pages.dev/873
  • weku97tqxq.pages.dev/693
  • weku97tqxq.pages.dev/987
  • weku97tqxq.pages.dev/897
  • weku97tqxq.pages.dev/779
  • weku97tqxq.pages.dev/958
  • weku97tqxq.pages.dev/888
  • weku97tqxq.pages.dev/933
  • weku97tqxq.pages.dev/608
  • weku97tqxq.pages.dev/499
  • weku97tqxq.pages.dev/659
  • weku97tqxq.pages.dev/771
  • weku97tqxq.pages.dev/640
  • weku97tqxq.pages.dev/848
  • weku97tqxq.pages.dev/859
  • gus robert putra gus miek